Kamis, 22 Oktober 2009

Rencana Pendirian Apotek Saya Masa Depan

SEHAT FARMA

Bisnis apotek dapat dibandingkan dengan skala ritel umum atau franchise Mart yang marak mengepung masyarakat. Secara teknis bisnis, apotek membutuhkan manajemen khusus karena diferensiasi serta spesifikasi produk yang kuat pada produknya, produk kesehatan, khususnya obat. Apotek adalah bisnis,sedangkan profesi apoteker sebagai penanggungjawabnya adalah bentuk pelayanan kesehatan. Apotek juga dapat diartikan sebagai suatu jenis bisnis eceran (retail) yang komoditasnya (barang yang diperdagangkan) terdiri dari perbekalan farmasi (obat dan bahan obat) dan perbekalan kesehatan (alat kesehatan). Logo apotek juga harus didesain agar dapat mudah orang melihatnya. Pada logo yang saya bikin ini tulisan berwarna biru agar dapat terlihat jelas dan dapat terbaca dari kejauhan.

Saya berkeinginan untuk mendirikan sebuah apotek MODAL yang pertama adalah KEBERANIAN dan biaya untuk pendirian sebuah apotek. Saya harus mempertimbangkan faktor-faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan saya. Selain itu juga permodalan, kira-kira dalam berapa lama Break Even Point tercapai dan berapa minimal omset yang dibutuhkan. Praktisnya, itu semua akan saya analisa dan perhitungkan terlebih dahulu sehingga saya mempunyai gambaran dalam usaha ini.

Dalam usaha ini pasti ada persaingan untuk mendapatkan pelanggan. Jika harga obat yang dijadikan faktor penarik pelanggan, saya harus waspada. Karena pelanggan akan lebih memilih harga murah. Untuk margin keuntungan saya harus menetapkan berapa persen untuk obat etikal dan berapa persen untuk obat bebas. Biasanya standar HET rata-rata 25% untuk etikal dan 20% untuk barang bebas. Salah satu cara saya untuk menarik pelanggan, saya akan melakukan sosialisasi dan promosi secara halus kepada masyarakat sekitar. Saya akan membangun apotek untuk tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan, sebagai sarana farmasi yang melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat dan bahan obat, untuk meningkatkan kesehatan masyarakat setempat khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang penggunaan obat secara rasional dalam praktek pengobatan sendiri (swamedikasi), serta memberikan keringanan biaya bagi rakyat kurang mampu dalam bentuk subsidi obat.

Saya akan melengkapi fasilitas dan faktor yang dapat mendukung suksesnya pendirian apotek ini. Pertama saya akan melakukan pemilihan lokasi apotek yang letaknya strategis, penduduk yang cukup padat, daerah yang ramai, dekat dengan tempat praktek dokter, serta saya perlu memperhatikan keadaan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Langkah kedua saya akan mengurus surat perizinan pendirian sebuah apotek. Dan selanjutnya saya akan memberi nama apotek kemudian apoteker Pengelola Apotek (APA), serta yang bertindak sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) akan saya kelola sendiri.

Saya akan merancang bangunan apotek saya yang akan terdiri dari ruang tunggu yang nyaman bagi pasien , tempat mendisplai informasi, brosur bagi pasien, ruang tertutup untuk konseling, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang praktek dokter, dan toilet. Lalu juga terdapat kelengkapan apotek yaitu sumber air, sumber penerangan, alat pemadam, ventilasi yang baik, sanitasi, papan nama APA dan billboard nama apotek. Alat pengolahan/peracikan akan saya sediakan seperti : batang pengaduk, cawan penguap, corong, gelas ukur, gelas piala, kompor / pemanas, labu erlenmeyer, mortir, penangas air, panci, rak tempat pengering, spatel logam / tanduk / gelas/ porselen, termometer, timbangan milligram + anak timbangan (ditara), timbangan gram + anak timbangan (ditara). Wadah seperti : pot / botol, kertas perkamen, klip dan kantong plastik, etiket (biru dan putih). Tempat penyimpanan seperti : Lemari / rak obat, lemari narkotika, lemari psikotropika, lemari bahan berbahaya, kulkas. Perlengkapan Administrasi seperti : blanko surat pesanan, blanko faktur penjualan, blanko nota penjualan, blanko salinan resep, blanko laporan narkotika dan psikotropika, buku catatan pembelian, buku catatan penjualan, buku catatan keuangan, buku catatan narkotika dan psikotropika, buku catatan racun dan bahan berbahaya, kartu stok obat. Serta kelengkapan buku pedoman Farmakope Indonesia edisi terakhir, kumpulan peraturan / UU, IMMS, ISO edisi terbaru, Pharmakologi dan terapi. Semua kelengkapan itu akan mendukung suksesnya apotek yang saya dirikan.

Selain Apoteker Pengelola Apotek, dibutuhkan beberapa tenaga kerja yaitu asisten apoteker : 2 orang, tenaga administrasi / kasir / obat bebas : 1 orang, pembantu umum : 1 orang. Masing-masing tenaga kerja mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan peranannya di dalam apotek ini.

Strategi dan fasilitas lain yang akan saya sediakan antara lain:

1. Menyediakan jasa konseling secara gratis oleh APA.

2. Menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan oleh pasien. Jika obat yang dibutuhkan pasien tidak ada maka berusaha mengambil di apotek lain, diusahakan agar pasien pulang mendapat obat yang diperlukan tanpa copy resep.

3. Monitoring pasien. Monitoring dilakukan terhadap pasien via telepon, terutama untuk pasien dengan penyakit kronis. Hal ini dilakukan untuk mengontrol keadaan pasien dan meningkatkan kepercayaan pasien terhadap apotek.

4. Fasilitas yang menarik. Ruang tunggu dibuat senyaman mungkin dengan fasilitas AC, TV, tempat duduk yang nyaman, majalah kesehatan, koran dan tabloid serta tempat parkir yang luas.

5. Kerjasama dengan praktek dokter

6. Memberikan bantuan rakyat bagi masyrakat yang kurang mampu dalam bentuk subsidi obat serta bekerjasama dengan kelurahan setempat.

Dalam mengelola apotek ini saya akan memperhatikan , manajemen personalia, pengadaan barang dan pelayanan prima. Apoteker harus praktek di apotek dan tidak hanya menjual ijin saja. Apoteker yang datang setiap hari dan berpraktek langsung kepada pasien dan ini akan menjadi nilai jual apotek saya dan menjadi lebih terpercaya. Untuk jangka panjang apotek saya akan bisa mencari klien perusahaan atau departemen pemerintah agar menebus obat di apotek saya. Tiap sebulan sekali saya akan mengadakan rapat untuk membahas tentang kinerja yang telah dijalankan. Ini semua bertujuan untuk memperbaiki & menambah kemajuan usaha apotek. Semoga apotek yang saya dirikan akan mempunyai prospek yang cukup bagus, baik ditinjau dari segi pelayanan maupun usaha.







Perbedaan Logo Apotek

Perbedaan Logo Apotek

Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Dewasa ini, setiap kota sudah banyak didirikan apotek, dari apotek rakyat di pinggiran hingga apotek waralaba yang sudah terkenal namanya.

Interior dan eksterior K-24 dibuat unik dengan dominasi warna hijau, merah dan kuning. Papan nama apotek dari neonsign juga dibuat menarik dengan warna-warni merah, hijau, kuning dan putih. “Itu merupakan gambaran kondisi riil bangsa Indonesia yang multiras, agama, bahasa, dan lain-lain. Warna hijau yang banyak mendominasi melambangkan Islam. Merah melambangkan Kristen. Kuning mewakili agama lain yang minoritas. Ketiga warna itu bila digabungkan ternyata menghasilkan komposisi yang indah. Logo apotek K-24 tampak begitu besar terpasang dan terdapat banyak cabangnya dibandingkan dengan guardian. Apotek K-24 ja terletak di tempat yang strategis. Apotek K-24 mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia, karena K-24 menjadi jaringan apotek pertama yang sejak dibuka hingga sekarang tidak pernah tutup. Harga obatnya pun tidak berubah, baik siang maupun tengah malam. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, mulai pukul 23.00 orang cuma bisa membeli obat di K-24 dari luar, lewat lubang pintu khusus. Kini, apotek yang menyerap 90-an tenaga kerja ini menyediakan 5 ribu item obat, rata-rata transaksi 350-500 kali tiap bulan, dengan omset Rp 250-300 juta per gerai. Selain buka 24 jam setiap hari, Apotek K-24 memiliki fasilitas layanan antarobat (delivery service). Apotek K-24 tidak akan menaikkan harga jual obat, meskipun pembeli datang ke apotek pada malam hari atau hari libur. Apotek pertama di Indonesia yang buka non-stop selama 24 jam sehari sepanjang tahun dan telah menerima penghargaan MURI sebagai apotek asli Indonesia yang pertama kali mengembangkan sistem waralaba.

PT. Kimia Farma Apotek, adalah anak perusahaan yang dibentuk oleh Kimia Farma untuk mengelola Apotek-apotek milik perusahaan yang ada, dalam upaya meningkatkan kontribusi penjualan untuk memperbesar penjualan konsolidasi PT. Kimia Farma Tbk. Apotek Kimia Farma melayani penjualan langsung dan melayani resep dokter dan menyediakan pelayanan lain, misalnya praktek dokter, optik, dan pelayanan OTC (swalayan) serta pusat pelayanan informasi obat. Apotek Kimia Farma dipimpin oleh tenaga Apoteker yang bekerja full timer sehingga dapat melayani informasi obat dengan baik. Apotek Kimia Farma sudah terkenal namanya sejak lama. Cabang apotek kimia farma cukup banyak pula. Logo apotek kimia farma didominasi warna biru dan terdapat tulisan kimia farma nya juga biru serta ada simbolnya berwarna orange. Apotek kimia farma logonya tidak terlalu menarik dibandingkan dengan K-24. Tetapi untuk fasilitas pelayanan lebih lengkap di apotek kimia farma. Kimia Farma ini sangat banyak cabangnya diberbagai daerah.

Apotek Century telah berdiri selama 14 tahun dan telah memiliki 180 outlet. Logo apotek Century banyak di temukan di mall atau pusat-pusat perbelanjaan. Logo apotek ini penulisannya tampak begitu jelas dengan kombinasi tulisan berwarna putih dan terdapat simbol berwarna orange serta background berwarna hijau kebiru-biruan. Logo apotek century tampak lebih kecil dibandingkan dengan apotek guardian.Apotek Century menjual berbagai jenis macam obat. Apotek Century tidak membuka pelayanan pengobatan contohnya praktek dokter. Penyusunan tata letak dan pengaturan obatnya tersusun dengan rapi. Apotek Century memiliki seragam buat para karyawan yang bekerja. Apotek Century memberikan pelayanan kepada customer dengan ramah.

Apotek guardian memiliki logo dengan kombinasi warna putih, orange, dan biru. Logo apotek ini begitu sangat jelas. Logo ini cukup menarik. Logo apotek ini tampak begitu jelas terlihat karena ukurannya agak lebih besar dibandingkan apotek century. Tetapi tulisan nama apotek ini lebih kecil dibandingkan apotek century. Di apotek ini juga menjual beraneka ragam obat. Apotek guardian juga terdapat di tempat-tempat belanja atau mall yang ada. Apotek ini tidak membuka praktek dokter. Di apotek ini obat disusun dengan rapi. Para karyawan yang bekerja di apotek ini juga menggunakan pakaian seragam. Guardian ini modelnya cuma seperti outlet obat saja.



Kamis, 15 Oktober 2009

Pertanyaan Terbuka-Tertutup & Verbal-non verbal

A. Keterampilan Observasi

Hal yang perlu kita observasi adalah tingkah laku verbal, non verbal dan kesenjangan antara tingkah laku verbal dan non verbal. Kepekaan dalam observasi merupakan hal yang paling mendasar dalam membina komunikasi efektif.

1. Komunikasi non verbal

Komunikasi non verbal adalah pesan yang disampaikan dalam komunikasi dikemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata.

Bentuk komunikasi non verbal adalah :

a. Bahasa tubuh; meliputi lambaian tangan, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, gerakan kepala, sikap/ postur tubuh, dll.

b. Tanda; dalam konunikasi non verbal menggantikan kata-kata. Misal: bendera putih mengartikan ada lelayu.

c. Tindakan atau perbuatan; tindakan tidak menggantikan kata-kata tetapi mengandung makna. Misal : menggebrak meja berarti marah.

d. Objek; objek tidak menggantikan kata-kata tetapi juga mengandung makna. Misal: pakaian mencerminkan gaya hidup seseorang.

e. Warna; menunjukkan warna emosional, cita rasa, keyakinan agama, politik, dll. Misal : warna merah muda adalah warna feminim.

Fungsi komunikasi non verbal :

a. Melengkapi komunikasi verbal

b. Menekankan komunikasi verbal

c. Membesar-besarkan komunikasi non verbal

d. Melawan komunikasi verbal

e. Meniadakan komunikasi non verbal

2. Komunikasi verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa verbal merupakan sarana untuk menyampaikan perasaan, pikiran dan maksud tujuan. Menurut Larry L. Barker, bahasa mempunyai tiga fungsi yaitu penamaan, interaksi dan transmisi informasi (Mulyana, 2007).

Aspek dalam komunikasi verbal yaitu perbendaharaan kata-kata (vocabulary), kecepatan (racing), intonasi suara, humor, waktu yang tepat dan singkat.

3. Kesenjangan tingkah laku verbal dan non verbal

Kesenjangan tingkah laku verbal dan non verbal dapat dilihat dari :

a. Kesesuaian antara tingkah verbal dan non verbal

b. Kesesuaian antara duah buah pertanyaan

c. Kesesuaian antara apa yang diucapkan dan apa yang dikerjakan

B. Pengamatan dan Penafsiran

Pengamatan objektif adalah berbagai tingkah laku yang biasa dilihat dan didengar. Sedangkan penafsiran/ interprestasi adalah kesan yang kita berikan pada apa yang kita lihat dan dengar. Tahap-tahap interprestasi meliputi : (a) refleksi perasaan, konselor tidak jauh dari apa yang dikatakan klien; (b) klarifikasi, menjelaskan apa yang tersirat dalam perkataan klien; (c) refleksi, penilaian konselor terhadap apa yang diungkapkan klien, (d) konfrontasi, konselor membawa kepada perhatian dan perasaan klien tanpa disadari; (e) interprestasi, konselor memperkenalkan konsep-konsep hubungan yang berakar dari pengalaman.

C. Keterampilan Membina Hubungan Baik

Keterampilan membina hubungan baik merupakan dasar dari proses komunikasi interpersonal bidan dengan klien.

Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam membina hubungan baik adalah :

1. Menunjukkan tanda perhatian verbal

2. Menjalin kerjasama

3. Memberika respon positif berupa pujian, dukungan.

Sikap yang hangat, menghormati, menerima klien apa adanya, empati dan tulus merupakan upaya untuk membina hubungan yang baik. Sikap dasar yang perlu dimiliki adalah SOLER yaitu :

S : Face your clients squarely (menghadap klien) & smile/ nod at clients (senyum/ mengganggukkan kepala).

O : Open and Non Judgemental Facial Expression (ekspresi muka menunjukkan sikap terbuka dan tidak menilai).

L : Lean Towards Client (tubuh condong kearah klien).

E : Eye Contact in a culturally- Acceptable Manner (kontak mata/ tatap mata sesuai dengan cara yang diterima budaya setempat).

R : Relaxed and Friendly Manner (santai dan sikap bersahabat).

REFERENSI :

Fitriasari. Konseling (Komunikasi Interpersonal). www.akbidypsdmi.net. 26 April 2009. 05:08 PM.

Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan, Yogyakarta: Fitramaya.

Uripni, Sujianto, Indrawati, 2003. Komunikasi Kebidanan, Jakarta: EGC. http://mustikanurse.blogspot.com/2006/12/komunikasi-dalam-pelayanan-keperawatan_12.html. Tuesday, December 12, 2006 Komunikasi Dalam Pelayanan Keperawatan II Oleh : Mustikasar, S.Kp., M

CONTOH PERTANYAAN TERBUKA

A. Jelaskan dalam hal apa pelayanan RM Sari Sunda Anda anggap lebih baik dari pelayanan RM Sindang Reret ?

B. Kenapa orang selalu berkonflik / berkonfrontasi ?

C. Mengapa begitu ? Jadi terkesan tidak adil ?

D. Bagaimana pemerintahan Naro ?

E. Bagaimana sih cara-cara mendapatkan hasil yang baik ? terima kasih.

CONTOH PERTANYAAN TERTUTUP

  1. PERTANYAAN DIKOTOMI :

“ Apakah Anda pernah berganti merek Simcard Pra Bayar sebelumnya ?

(a) Ya

(b) Tidak

  1. PERTANYAAN MULTI KATEGORI

“Diantara produk Unilever berikut, produk apa yang lebih sering anda beli ?”

(a) Sabun Lux

(b) Sabun Lifebuoy

(c) Deterjen Rinso

(d) Pasta gigi Pepsodent

(e) Shampo Sunsilk

(f) Lainnya (Sebutkan)................

Minggu, 11 Oktober 2009

SEJARAH FARMASI


Print E-mail

Sejak masa Hipocrates (460-370 SM) yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu Kedokteran”, belum dikenal adanya profesi Farmasi. Seorang dokter yang mendignosis penyakit, juga sekaligus merupakan seorang “Apoteker” yang menyiapkan obat. Semakin lama masalah penyediaan obat semakin rumit, baik formula maupun pembuatannya, sehingga dibutuhkan adanya suatu keahlian tersendiri. Pada tahun 1240 M, Raja Jerman Frederick II memerintahkan pemisahan secara resmi antara Farmasi dan Kedokteran dalam dekritnya yang terkenal “Two Silices”. Dari sejarah ini, satu hal yang perlu direnungkan adalah bahwa akar ilmu farmasi dan ilmu kedokteran adalah sama.

Dampak revolusi industri merambah dunia farmasi dengan timbulnya industri-industri obat, sehingga terpisahlah kegiatan farmasi di bidang industri obat dan di bidang “penyedia/peracik” obat (=apotek). Dalam hal ini keahlian kefarmasian jauh lebih dibutuhkan di sebuah industri farmasi dari pada apotek. Dapat dikatakan bahwa farmasi identik dengan teknologi pembuatan obat.

Pendidikan farmasi berkembang seiring dengan pola perkembangan teknologi agar mampu menghasilkan produk obat yang memenuhi persyaratan dan sesuai dengan kebutuhan. Kurikulum pendidikan bidang farmasi disusun lebih ke arah teknologi pembuatan obat untuk menunjang keberhasilan para anak didiknya dalam melaksanakan tugas profesinya.

Dilihat dari sisi pendidikan Farmasi, di Indonesia mayoritas farmasi belum merupakan bidang tersendiri melainkan termasuk dalam bidang MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) yang merupakan kelompok ilmu murni (basic science) sehingga lulusan S1-nya pun bukan disebut Sarjana Farmasi melainkan Sarjana Sains.

Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia (1997) dalam “informasi jabatan untuk standar kompetensi kerja” menyebutkan jabatan Ahli Teknik Kimia Farmasi, (yang tergolong sektor kesehatan) bagi jabatan yang berhubungan erat dengan obat-obatan, dengan persyaratan : pendidikan Sarjana Teknik Farmasi.

Buku Pharmaceutical handbook menyatakan bahwa farmasi merupakan bidang yang menyangkut semua aspek obat, meliputi : isolasi/sintesis, pembuatan, pengendalian, distribusi dan penggunaan.

Silverman dan Lee (1974) dalam bukunya, “Pills, Profits and Politics”, menyatakan bahwa :

  1. Pharmacist lah yang memegang peranan penting dalam membantu dokter menuliskan resep rasional. Membanu melihat bahwa obat yang tepat, pada waktu yang tepat, dalam jumlah yang benar, membuat pasien tahu mengenai “bagaimana,kapan,mengapa” penggunaan obat baik dengan atau tanpa resep dokter.
  2. Pharmacist lah yang sangat handal dan terlatih serta pakart dalam hal produk/produksi obat yang memiliki kesempatan yang paling besar untuk mengikuti perkembangan terakhir dalam bidang obat, yang dapat melayani baik dokter maupun pasien, sebagai “penasehat” yang berpengalaman.
  3. Pharmacist lah yang meupakan posisi kunci dalam mencegah penggunaan obat yang salah, penyalahgunaan obat dan penulisan resep yang irrasional.

Sedangkan Herfindal dalam bukunya “Clinical Pharmacy and Therapeutics” (1992) menyatakan bahwa Pharmacist harus memberikan “Therapeutic Judgement” dari pada hanya sebagai sumber informasi obat.

Melihat hal-hal di atas, maka nampak adanya suatu kesimpangsiuran tentang posisi farmasi. Dimana sebenarnya letak farmasi ? di jajaran teknologi, Ilmu murni, Ilmu kedokteran atau berdiri sendiri ? kebingungan dalam hal posisi farmasi akan membingungkan para penyelenggara pendidikan farmasi, kurikulum semacam apa yang harus disajikan ; para mahasiswa bingung menyerap materi yang semakin hari semakin “segunung” ; dan yang terbingung adalah lulusannya (yang masih “baru”), yang merasa tidak “menguasai “ apapun.

Di Inggris, sejak tahun 1962, dimulai suatu era baru dalam pendidikan farmasi, karena pendidikan farmasi yang semula menjadi bagian dari MIPA, berubah menjadi suatu bidang yang berdiri sendiri secara utuh.rofesi farmasi berkembang ke arah “patient oriented”, memuculkan berkembangnya Ward Pharmacy (farmasi bangsal) atau Clinical Pharmacy (Farmasi klinik).

Di USA telah disadari sejak tahun 1963 bahwa masyarakat dan profesional lain memerlukan informasi obat tang seharusnya datang dari para apoteker. Temuan tahun 1975 mengungkapkan pernyataan para dokter bahwa apoteker merupakan informasi obat yang “parah”, tidak mampu memenuhi kebutuhan para dokter akan informasi obat Apoteker yang berkualits dinilai amat jarang/langka, bahkan dikatakan bahwa dibandingkan dengan apotekeer, medical representatif dari industri farmasi justru lebih merupakan sumber informasi obat bagi para dokter.

Perkembangan terakhir adalah timbulnya konsep “Pharmaceutical Care” yang membawa para praktisi maupun para “profesor” ke arah “wilayah” pasien.

Secara global terlihat perubahan arus positif farmasi menuju ke arah akarnya semula yaitu sebagai mitra dokter dalam pelayanan pada pasien. Apoteker diharapkan setidak-tidaknya mampu menjadi sumber informasi obat baik bagi masyarakat maupun profesi kesehatan lain baik di rumah sakit, di apotek atau dimanapun apoteker berada.

FARMASI

Farmasi (Inggris: pharmacy, Yunani: pharmacon, yang berarti: obat) merupakan salah satu bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung-jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Ruang lingkup dari praktik farmasi termasuk praktik farmasi tradisional seperti peracikan dan penyediaan sediaan obat, serta pelayanan farmasi modern yang berhubungan dengan layanan terhadap pasien (patient care) di antaranya layanan klinik, evaluasi efikasi dan keamanan penggunaan obat, dan penyediaan informasi obat. Kata farmasi berasal dari kata farma (pharma). Farma merupakan istilah yang dipakai di tahun 1400 - 1600an.

Institusi farmasi Eropa pertama kali berdiri di Trier, Jerman, pada tahun 1241 dan tetap eksis sampai dengan sekarang.

Farmasis (apoteker) merupakan gelar profesional dengan keahlian di bidang farmasi. Farmasis biasa bertugas di institusi-institusi baik pemerintahan maupun swasta seperti badan pengawas obat/makanan, rumah sakit, industri farmasi, industri obat tradisional, apotek, dan di berbagai sarana kesehatan.